Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang
cukup signifikan dengan organisasi yang berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya,
organisasi nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari
laba. Meski demikian not-for-profit juga harus diartikan sebagai not-for-loss.
Oleh karena itu, organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit.
Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus tersebut akan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan
publik, dan bukan untuk memperkaya pemilik
organisasi nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan
dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis.
Selain itu, kedua jenis organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasinya. Organisasi nirlaba umumnya memperoleh sumber daya dari sumbangan
para anggota dan donatur lain, yang idealnya, tidak mengharapkan adanya pengembalian atas
donasi yang mereka berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak
meminta adanya pengembalian, namun para donatur sebagai salah satu stakeholder
utama organisasi nirlaba tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang mereka berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan
atau tidak, tentu tetap menginginkan pelaporan serta
pertanggungjawaban
yang transparan atas dana yang
mereka berikan. Para donatur ingin mengetahui
bagaimana dana
yang mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk memberi manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu
menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya
masih kecil serta sumber daya-nya masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal
yang menantang untuk dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini
umumnya lebih fokus pada pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal
tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena
organisasi nirlaba tidak boleh hanya mengandalkan pada
kepercayaan yang diberikan para donaturnya. Akuntabilitas sangat diperlukan
agar dapat dapat
memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada donatur, regulator, penerima manfaat dan publik secara umum.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba
perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi
keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2. Laporan aktivitas
untuk suatu periode pelaporan
3. Laporan arus kas
untuk suatu periode pelaporan
4. Catatan atas laporan
keuangan
Dari keempat jenis laporan tersebut,
dapat dicermati bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba mirip dengan
organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:
a. Komponen laporan
posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa keunikan bila dibandingkan
dengan komponen laporan keuangan organisasi bisnis. Hal ini akan dijelaskan
pada bagian berikutnya.
b. Organisasi nirlaba tidak
memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat dianalogikan dengan laporan
aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi umumnya terletak pada
komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam satu periode.
Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak pada
perubahan aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
c. Organisasi nirlaba tidak memiliki
laporan perubahan ekuitas sebagaimana layaknya organisasi bisnis. Hal ini
disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh entitas manapun. Ekuitas
dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang akan disajikan
pada laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari tiga jenis, sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
a.
Aset
neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut
terikat, itu berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang
untuk tujuan tertentu. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau
temporer.
b.
Aset
neto terikat temporer
adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya
keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun
oleh organisasi nirlaba itu sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau
untuk membeli aset tertentu).
c. Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya dipertahankan
secara permanen. Namun demikian, organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan
sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari
sumber daya tersebut. Contoh aset jenis ini adalah dana abadi, warisan, maupun
wakaf.
Meski PSAK 45
didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar ini juga dapat diterapkan
oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun perlu dicatat
bahwa penerapan pada organisasi selain nirlaba tersebut hanya dapat dilakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jenis dan Komponen Laporan Keuangan
Organisasi Nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba
meliputi
(1) laporan posisi keuangan pada
akhir periode laporan,
(2) laporan aktivitas serta
(3) laporan arus kas untuk suatu
periode pelaporan, dan
(4) catatan atas laporan keuangan.
1.
Laporan Posisi Keuangan / Neraca
Laporan ini bertujuan untuk
menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan aset bersih dan informasi
mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi
ini dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan
pihak-pihak lain untuk menilai:
a. kemampuan organisasi
untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
b. likuiditas,
fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, serta kebutuhan
pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan
posisi keuangan mencakup:
Aset
a. Kas dan setara kas;
Bila ada kas atau aset
lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang, maka hal ini harus disajikan
terpisah dari kas atau
aset lain yang tidak terikat penggunaannya.
- Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain);
- Persediaan;
- Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
- Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
- Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila dilihat dari susunan tersebut,
dapat dipahami bahwa penyajian aset pada laporan posisi keuangan suatu
organisasi nirlaba juga diurutkan berdasarkan likuiditasnya – kemampuan suatu
aset untuk dengan mudah dikonversi menjadi kas.
Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan
lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap
diurutkan berasarkan masa jatuh temponya.
Aset
Bersih
- Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
- Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
- Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen. Kedua jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Laporan Aktivitas
Tujuan
utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih,
hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber
daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan aset bersih dalam
laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan,
(2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih.
Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai
akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
Adapun informasi dalam laporan ini dapat
membantu para stakeholders untuk:
a. mengevaluasi kinerja
organisasi nirlaba dalam suatu periode,
b. menilai upaya, kemampuan,
dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa, dan
c. menilai pelaksanaan
tanggung jawab dan kinerja manajer.
Secara umum, ketentuan dalam Laporan
Aktivitas adalah sebagai berikut:
·
Pendapatan disajikan
sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi
oleh penyumbang.
·
Beban disajikan sebagai
pengurang aset bersih tidak terikat.
·
Sumbangan dapat disajikan
sebagai penambah aset bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat
temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
·
Jika ada sumbangan terikat temporer yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan
tersebut dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
·
Keuntungan dan kerugian
dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui sebagai penambah atau
pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
·
Selain dari ketiga jenis
aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan sebelumnya, organisasi nirlaba
tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan.
Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut kelompok operasi atau non-operasi, dapat
dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum
direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain yang sesuai
dengan aktivitas organisasi.
Lebih
lanjut, komponen dalam laporan aktivitas mencakup:
Pendapatan
- Sumbangan;
- Jasa layanan;
- Penghasilan investasi.
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto.
Namun, khusus untuk pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat
beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Komponen lain yang juga
disajikan dalam jumlah neto adalah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian
organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah
dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Beban
- Beban terkait program pemberian jasa. Aktivitas terkait dengan beban jenis ini antara lain aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi organisasi.
- Beban terkait aktivitas pendukung (meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa). Umumnya, aktivitas pendukung mencakup:
·
Aktivitas manajemen dan umum, meliputi
pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas
administratif lainnya.
·
Aktivitas pencarian dana, meliputi publikasi
dan kampanye pencarian dana; pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan
acara khusus pencarian dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan
bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana dari
individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.
·
Aktivitas pengembangan anggota meliputi
pencarian anggota baru dan pengumpulan iuran anggota, hubungan dan aktivitas
sejenis
Perlu
dicermati bahwa laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti
menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Klasifikasi ini
bermanfaat untuk membantu para stakeholders dalam menilai pemberian jasa
dan penggunaan sumber daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secara
fungsional, organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan
mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik,
bunga, penyusutan.
3. Laporan Arus Kas
Tujuan
utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi penerimaan dan
pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba, sama dengan yang ada
pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa
menggunakan metode langsung (direct method) maupun metode tidak langsung
(indirect method).
Arus
kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa, sumbangan, dan
dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang berdampak pada kas.
Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi biasanya mencatat dampak
perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian peralatan, penjualan
tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari
penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset
tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari hasil
investasi yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
Semetara
itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang mengakibatkan
perubahan pada komponen posisi keuangan, namun perubahan tersebut tidak
mengakibatkan kas. Misalnya, adanya pembelian kendaraan operasional dengan
utang, sumbangan berupa bangunan atau aset investasi lainnya. Transaksi sejenis
ini (yang tidak mengakibatkan adanya perubahan kas) harus diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.
Sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK
45: Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Ruppel, W. (2007). Not-for-profit
Accounting Made Easy. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
http://www.keuanganlsm.com
Layaknya akuntansi yang selalu diperlukan selama nadi bisnis
masih berdenyut, demikian pula harusnya akuntansi organisasi nirlaba
diperlukan. Selama organisasi nirlaba masih ada, akuntansi mestinya selalu
diperlukan.
Meski sering disebut sebagai sektor ketiga, sektor nirlaba ternyata menjadi sektor yang paling dipercaya versi 2013 Edelman Trust Barometer. Ini berarti, sang sektor ketiga telah mengalahkan sektor pertama (pemerintah) dan sektor kedua (dunia bisnis). Walau demikian, hal ini tidak boleh menjadikan organisasi nirlaba untuk bisa langsung berpuas diri. Akuntabilitas dan transparansi terhadap para stakeholder-nya senantiasa harus dijaga agar eksistensi organisasi nirlaba dapat terus dipertahankan.
Organisasi nirlaba, bila dikelola secara amanah dan profesional, harusnya bisa makin menunjukkan perannya dalam membantu pemerintah dan dunia bisnis dalam mewujudkan masyarakat madani yang lebih sejahtera. Sayangnya, relatif belum banyak pihak yang menyadari betapa pentingnya peran organisasi nirlaba dalam meraih cita-cita mulia tersebut.
Sebagai pembuka, mungkin kita bisa mengambil hikmah dari video yang kami dapat dari youtube ini. Bahwa organisasi nirlaba tak layak dipandang sebelah mata. Bahwa majunya suatu negara salah satunya dapat dilihat dari bagaimana organisasi nirlaba berperan mendukung kemajuannya. Kelak, semoga organisasi nirlaba di negeri ini makin berjaya...
Meski sering disebut sebagai sektor ketiga, sektor nirlaba ternyata menjadi sektor yang paling dipercaya versi 2013 Edelman Trust Barometer. Ini berarti, sang sektor ketiga telah mengalahkan sektor pertama (pemerintah) dan sektor kedua (dunia bisnis). Walau demikian, hal ini tidak boleh menjadikan organisasi nirlaba untuk bisa langsung berpuas diri. Akuntabilitas dan transparansi terhadap para stakeholder-nya senantiasa harus dijaga agar eksistensi organisasi nirlaba dapat terus dipertahankan.
Organisasi nirlaba, bila dikelola secara amanah dan profesional, harusnya bisa makin menunjukkan perannya dalam membantu pemerintah dan dunia bisnis dalam mewujudkan masyarakat madani yang lebih sejahtera. Sayangnya, relatif belum banyak pihak yang menyadari betapa pentingnya peran organisasi nirlaba dalam meraih cita-cita mulia tersebut.
Sebagai pembuka, mungkin kita bisa mengambil hikmah dari video yang kami dapat dari youtube ini. Bahwa organisasi nirlaba tak layak dipandang sebelah mata. Bahwa majunya suatu negara salah satunya dapat dilihat dari bagaimana organisasi nirlaba berperan mendukung kemajuannya. Kelak, semoga organisasi nirlaba di negeri ini makin berjaya...
Siklus
Akuntansi Organisasi Nirlaba
Persamaan dasar akuntansi organisasi
nirlaba berbeda dengan persamaan dasar akuntansi pada perusahaan lain. Hal ini
karena organisasi nirlaba tidak mengenal modal pemilik. Sumber harta organisasi
nirlaba berasal dari sumbangan dan hasil pengembangannya.
Organisasi nirlaba tidak mengenal
modal pemilik..
Persamaan
Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi organisasi
nirlaba berbeda dengan persamaan dasar akuntansi pada perusahaan lain. Hal ini
karena organisasi nirlaba tidak mengenal modal pemilik. Sumber harta organisasi
nirlaba berasal dari sumbangan dan hasil pengembangannya.
Persamaan akuntansi untuk organisasi
nirlaba dapat digambarkan sebagai berikut:
AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH
Setiap transaksi yang terjadi
dalam organisasi nirlaba akan selalu mempengaruhi sisi kiri dan sisi
kanan dengan jumlah yang sama sehingga persamaan tersebut akan terus
berlaku.
Seperti halnya transaksi pada sebuah
perusahaan, pada organisasi nirlaba juga terdapat transaksi yang berhubungan
dengan pendapatan dan beban organisasi. Selisih pendapatan dan beban ini
merupakan surplus atau defisit dari aktivitas organisasi nirlaba
untuk periode tertentu. Surplus akan menambah Aktiva Bersih sedangkan defisit
akan mengurangi Aktiva Bersih. Berdasarkan hal tersebut maka transaksi
pendapatan dan beban akan berpengaruh terhadap aktiva bersih. Oleh karena itu
persamaan dasar akuntansi dikembangkan menjadi:
AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH +
PENDAPATAN – BEBAN
Pencatatan transaksi dilakukan
berdasarkan data dari dokumen sumber yang sah, dalam buku yang disebut dengan
jurnal. Data yang telah dicatat pada jurnal kemudian dipisahkan berdasarkan
masing-masing kelompoknya dan dicatat dalam buku besar. Data yang ada pada buku
besar direkapitulasi sehingga saldonya dapat ditampilkan dalam laporan
sederhana berupa neraca saldo.
Bukti
Transaksi
Secara sederhana, bukti transaksi
adalah dokumen yang sah secara hukum yang dapat dipergunakan sebagai dasar atas
terjadinya suatu transaksi. Dokumen ini bisa berupa dokumen tunggal, bisa juga
merupakan satu kumpulan atas beberapa dokumen yang menjadi kesatuan.
Harus diingat bahwa transaksi tidak
dapat dibenarkan jika tidak didukung oleh bukti yang cukup.
Kode dan nama akun dalam daftar akun
harus disusun dengan teliti dan rapi. Kesalahan dalam penyusunan kode ini bisa
menyulitkan di kemudian hari, apabila akun sudah berkembang sedemikian besar.
Kode akun juga harus konsisten, karena kode ini dipergunakan terus untuk
beberapa periode akuntansi yang tidak terbatas (prinsip going concern).
BAGAN AKUN (Chart of Accounts)
Pada akuntansi yang sangat
sederhana, persamaan ini bisa saja hanya terdiri atas AKTIVA, KEWAJIBAN, dan
EKUITAS. Akan tetapi penggolongan yang seperti ini menjadi tidak informatif,
apalagi jika perusahaan telah menjadi besar, sehingga transaksi yang terjadi
pun semakin kompleks. Oleh karena itu, perlu penggolongan yang lebih terinci
lagi yang disebut sebagai daftar akun.
Jumlah dan nama akun untuk
masing-masing organisasi nirlaba sangat beraneka ragam, tergantung pada kepentingan
manajemen sejauh mana tingkat informasi yang diharapkan dari pengelompokan ini.
Tetapi, masing-masing organisasi nirlaba harus menyusun daftar akun yang
menampung seluruh kode dan nama akun yang sah yang dipakai oleh organisasi
nirlaba yang bersangkutan. Daftar akun ini sebaiknya juga menyajikan
keterangan/deskripsi untuk masing-masing akun, sehingga mempermudah operator
akuntansi.
Kode dan nama akun dalam daftar akun
harus disusun dengan teliti dan rapi. Kesalahan dalam penyusunan kode ini bisa
menyulitkan di kemudian hari, apabila akun sudah berkembang sedemikian besar.
Kode akun juga harus konsisten, karena kode ini dipergunakan terus untuk
beberapa periode akuntansi yang tidak terbatas (prinsip going concern).
Ada dua kebiasaan utama dalam penyusunan
kode akun, yaitu dengan sistem blok dan sistem modular.
Pada sistem blok,
masing-masing jenis akun diberikan blok kode tertentu. Misalnya, akun aktiva
diberi nomor kode 01 sampai dengan 50, akun kewajiban diberi nomor kode 51
sampai dengan 70, sedangkan akun aktiva bersih diberi nomor kode 71 sampai
dengan 75. Sistem ini mempunyai kelemahan, jika jumlah akun sudah melebihi
jumlah dalam masing-masing blok, maka struktur kode akun menjadi berantakan.
Pada sistem modular,
pengkodean nomor akun lebih fleksibel. Misalnya, akun aktiva diberi kode 2
angka 01. Kemudian, akun harta lancar ditambahkan lagi 2 angka di belakang
nomor kode harta, menjadi 01.01. Kemudian, masing-masing rincian harta lancar
diberikan 3 angka lagi nomor kode di belakang nomor kode harta lancar, misalnya
01.01.001 untuk akun kas. Demikian seterusnya
Akun adalah nama suatu kelompok
seperti dalam persamaan dasar akuntansi yang spesifik sehingga dapat dibedakan
untuk tujuan pelaporan. Akun yang sifatnya tersendiri dan mempunyai pengaruh
tertentu dalam pengambilan keputusan harus dipisahkan dari akun yang lain.
Tanggal transaksi dicatat sesuai
dengan kejadiannya,
Jurnal
Pencatatan transaksi dari bukti
dasar dilakukan dalam proses penjurnalan. Setiap transaksi dicatat dalam ayat
jurnal tersendiri. Transaksi dicatat dalam suatu Buku Jurnal Umum. Ayat jurnal
ini harus menginformasikan:
a) Tanggal
transaksi;
Tanggal transaksi adalah tanggal nyata
terjadinya suatu transaksi atau bisa diakuinya suatu transaksi menurut
ketentuan akuntansi yang lazim. Karena menganut dasar akrual, tanggal transaksi
dicatat sesuai dengan kejadiannya, bukan berdasarkan kapan dibayar atau
diterima pembayarannya, bukan juga berdasarkan tanggal pencatatannya.
b) Akun yang
dipengaruhi oleh transaksi beserta jumlah nominalnya;
Akun adalah nama suatu kelompok
seperti dalam persamaan dasar akun-tansi yang spesifik sehingga kita dapat
membedakannya untuk tujuan suatu pelaporan. Akun yang sifatnya tersendiri dan
mempunyai pengaruh tertentu dalam pengambilan keputusan harus dipisahkan dari
akun yang lain.
Karena menganut dasar akrual,
tanggal transaksi dicatat sesuai dengan kejadiannya, bukan berdasarkan kapan
dibayar atau diterima pembayarannya, bukan juga berdasarkan tanggal
pencatatannya.
c)
Keterangan transaksi.
Keterangan transaksi mutlak
diperlukan agar pembaca laporan akuntansi dapat mengetahui rincian kejadian
yang sebenarnya dari transaksi tersebut, sebelum melihat ke dalam bukti dasar.
d) Referensi
untuk posting
Kolom referensi posting pada jurnal
umum biasanya diisi dengan kode akun. Tujuannya adalah mempermudah pada saat
melakukan posting ke dalam buku besar.
Dalam organisasi nirlaba terdapat
beberapa transaksi rutin yang sering terjadi dan perlu dibuat jurnalnya.
Transaksi tersebut antara lain:
- Penerimaan/Pengeluaran Kas/Bank
- Transfer Dana Antar Rekening
- Pembayaran Implementasi Program
- Penerimaan Sumbangan
- Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK) dan Bahan Habis Pakai
- Pembayaran Uang Muka
- Pertanggungjawaban Uang Muka
- Pembayaran Beban Administrasi Kantor
Buku besar berisi kumpulan dari
semua akun digunakan oleh suatu perusahaan. Informasi yang dicatat dalam buku
jurnal umum atau buku jurnal khusus secara periodik ditransfer ke akun yang
sesuai yang terdapat dalam buku besar ini.
Buku
Besar
Buku besar berisi kumpulan dari
semua akun digunakan oleh suatu perusahaan. Informasi yang dicatat dalam buku
jurnal umum atau buku jurnal khusus secara periodik ditransfer ke akun yang
sesuai yang terdapat dalam buku besar ini. Transfer inilah yang umumnya disebut
sebagai proses posting. Sebagai contoh, kita lanjutkan ilustrasi di
atas, dimana terjadi transaksi penerimaan bantuan dari Departemen Pendidikan
Nasional melaui rekening Bank Mandiri.
Buku besar berisi kumpulan dari
semua akun digunakan oleh suatu perusahaan. Informasi yang dicatat dalam buku
jurnal umum atau buku jurnal khusus secara periodik ditransfer ke akun yang
sesuai yang terdapat dalam buku besar ini.
Pada kolom keterangan diisi dengan
penjelasan ringkas mengenai transaksi yang terjadi. Pada bagian referensi
posting (Ref.) diisi dengan kode ‘2’ yang maksudnya adalah transfer dari
transaksi nomor 2 buku Jurnal Umum. Kolom saldo menunjukkan saldo akun
pada tanggal tertentu. Pada contoh diatas, saldo pada tanggal 3 Januari adalah
Rp50.000.000,00, sebagai pengaruh transaksi penempatan pada tanggal tersebut.
Neraca saldo adalah daftar semua
akun berikut dengan saldonya. Neraca saldo perlu disusun dengan tujuan untuk
melakukan pengecekan umum apakah proses pencatatan dan posting yang dilakukan
telah akurat.
Neraca
Saldo
Setelah semua transaksi pada suatu
periode misalnya bulanan telah diposting ke buku besar, saldo setiap akun bisa
diketahui besarnya. Ada akun yang memiliki saldo debit, ada pula yang memiliki
saldo kredit atau bahkan ada pula saldonya hanya nol. Neraca saldo adalah
daftar semua akun berikut dengan saldonya. Neraca saldo perlu disusun dengan
tujuan untuk melakukan pengecekan umum apakah proses pencatatan dan posting
yang dilakukan telah akurat. Jumlah total untuk sisi debit dan sisi kredit
haruslah sama. Apabila tidak, berarti telah terjadi kesalahan pada proses
pencatatannya. Bisa saja terjadi salah tulis angka, atau salah dalam melakukan
perhitungan saldo.
Neraca saldo adalah daftar semua
akun berikut dengan saldonya. Neraca saldo perlu disusun dengan tujuan untuk
melakukan pengecekan umum apakah proses pencatatan dan posting yang dilakukan
telah akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar